Sebelumnya kita telah mempelajari mengenai listrik arus searah, yaitu
arus dan tegangan listrik yang besarnya dapat dianggap tetap dan
mengalir dalam satu arah. Arus searah yang juga disebut direct current
(DC) contohnya dihasilkan oleh baterai. Pada modul ini akan dibahas
mengenai arus bolak-balik atau alternating current (AC), yaitu arus dan
tegangan listrik yang besarnya berubah terhadap waktu dan dapat mengalir
dalam dua arah. Arus bolak-balik digunakan secara luas untuk penerangan
maupun peralatan elektronik seperti televisi, radio, oven microwave,
dan lain-lain. Di Indonesia, listrik arus bolak-balik disediakan oleh
PLN. Pada modul ini, Anda juga akan mempelajari beberapa
komponen-komponen listrik, diantaranya resistor, induktor, dan
kapasitor, serta rangkaian yang menggunakan komponen-komponen listrik
tersebut.
Generator adalah mesin yang mengubah energi kinetik (mekanik) menjadi
energi listrik. Prinsip kerja generator adalah menghasilkan arus listrik
induksi dengan cara memutar kumparan dalam suatu medan magnetik.
Berdasarkan jenis ggl induksi atau arus listrik induksi yang dihasilkan maka generator dapat dibedakan atas generator arus bolak-balik (AC) dan generator arus searah (DC). Perbedaan generator arus searah dengan generator arus bolak-balik hanyalah pada cincin luncur (cincin kolektor) yang berhubungan dengan kedua ujung kumparan dimana generator AC memiliki dua buah cincin yang masing-masing berhubungan dengan tiap ujung kumparan sedangkan generator DC memiliki sebuah cincin yang terbelah di tengahnya yang disebut cincin belah atau komutator.
Generator AC sederhana terdiri dari sebuah kumparan yang diputar dalam suatu medan magnetik seperti gambar yang ditunjukkan gambar 1.2. Untuk melihat bagaimana arus dibangkitkan oleh generator, perhatikan dua sisi vertikal dari kumparan pada gambar tersebut. Agar kumparan berputar berlawanan arah jarum jam maka sisi vertikal kiri harus mengalami gaya F ke depan dan sisi vertikal kanan harus mengalami gaya F ke belakang. Sesuai dengan kaidah telapak tangan untuk gaya magnetik (gaya Lorentz), arus I pada sisi vertikal kiri haruslah ke atas, dan arus I pada sisi vertikal kanan haruslah ke bawah, seperti ditunjukkan pada gambar tersebut. Arah gaya F pada gambar searah dengan arah normal bidang kumparan n. dengan demikian sudut antara arah induksi magnetik B dan arah normal bidang n adalah θ. Dalam generator, perputaran kumparan menyebabkan sudut θ selalu berubah, dan ini menyebabkan fluks magnetik (Ф), yang menerobos bidang kumparan juga berubah. Pada ujung-ujung kawat loop dibangkitkan ggl induksi (ε), yang dapat dihitung dengan persamaan:
ε=-NBA (d cosθ)/dt
Berdasarkan jenis ggl induksi atau arus listrik induksi yang dihasilkan maka generator dapat dibedakan atas generator arus bolak-balik (AC) dan generator arus searah (DC). Perbedaan generator arus searah dengan generator arus bolak-balik hanyalah pada cincin luncur (cincin kolektor) yang berhubungan dengan kedua ujung kumparan dimana generator AC memiliki dua buah cincin yang masing-masing berhubungan dengan tiap ujung kumparan sedangkan generator DC memiliki sebuah cincin yang terbelah di tengahnya yang disebut cincin belah atau komutator.
Generator AC sederhana terdiri dari sebuah kumparan yang diputar dalam suatu medan magnetik seperti gambar yang ditunjukkan gambar 1.2. Untuk melihat bagaimana arus dibangkitkan oleh generator, perhatikan dua sisi vertikal dari kumparan pada gambar tersebut. Agar kumparan berputar berlawanan arah jarum jam maka sisi vertikal kiri harus mengalami gaya F ke depan dan sisi vertikal kanan harus mengalami gaya F ke belakang. Sesuai dengan kaidah telapak tangan untuk gaya magnetik (gaya Lorentz), arus I pada sisi vertikal kiri haruslah ke atas, dan arus I pada sisi vertikal kanan haruslah ke bawah, seperti ditunjukkan pada gambar tersebut. Arah gaya F pada gambar searah dengan arah normal bidang kumparan n. dengan demikian sudut antara arah induksi magnetik B dan arah normal bidang n adalah θ. Dalam generator, perputaran kumparan menyebabkan sudut θ selalu berubah, dan ini menyebabkan fluks magnetik (Ф), yang menerobos bidang kumparan juga berubah. Pada ujung-ujung kawat loop dibangkitkan ggl induksi (ε), yang dapat dihitung dengan persamaan:
ε=-NBA (d cosθ)/dt
Bila loop diputar dengan kecepatan sudut ω maka θ = ωt, dan persamaan di atas dapat ditulis sebagai:
ε=-NBA (d )/dt(cos〖ωt)〗
ε=NBA ω sinωt
ε=-NBA (d )/dt(cos〖ωt)〗
ε=NBA ω sinωt
Jika ggl induksi maksimum antara ujung-ujung sikat sama dengan ε_m, maka persamaan di atas dapat ditulis sebagai:
ε=ε_m sin〖ωt=〗 NBA ω sinωt
ε=ε_m sin〖ωt=〗 NBA ω sinωt
Dengan ggl maksimum, ε_m, diberikan oleh:
ε_m=NBAω
ε_m=NBAω
Dengan ε = ggl induksi sesaat, ε_m = ggl induksi maksimum, ω = kecepatan
sudut putar dari loop dan t = lama loop telah berputar. Nyata bahwa ggl
induksi yang dihasilkan pada loop berubah terhadap waktu setiap satu
periode T=2π/ω.
ARUS DAN TEGANGAN BOLAK BALIK
Arus dan tegangan bolak-balik adalah arus dan tegangan yang nilainya
selalu berubah terhadap waktu secara periodik. Besaran seperti ini
disebut arus dan tegangan bolak-balik atau AC (Alternating Current).
Apabila pada arus searah Anda dapat mengetahui nilai dan tegangannya
yang selalu tetap. Maka, pada arus bolak-balik Anda akan dapat
mengetahui nilai maksimum yang dihasilkan dan frekuensi osilasi yang
dihasilkan oleh sumbernya. Arus dan tegangan listrik bolak-balik
berbentuk sinusoida seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 1.3 berikut.
Secara matematis, arus dan tegangan listrik bolak-balik tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
V=V_m sinωt= V_m sin〖2πft= V_m sin〖2π t/T〗 〗
V=V_m sinωt= V_m sin〖2πft= V_m sin〖2π t/T〗 〗
I=I_m sinωt= I_m sin〖2πft= I_m sin〖2π t/T〗 〗
Dimana:
V = tegangan sesaat (V)
I = arus sesaat (A)
Vm = tegangan maksimum (V)
Im = arus maksimum (A)
f = frekuensi (Hz)
T = periode (s)
t = waktu (s)
ωt = sudut fase (radian atau derajat)
V = tegangan sesaat (V)
I = arus sesaat (A)
Vm = tegangan maksimum (V)
Im = arus maksimum (A)
f = frekuensi (Hz)
T = periode (s)
t = waktu (s)
ωt = sudut fase (radian atau derajat)
Hubungan amplitudo tegangan atau arus bolak-balik dengan sudut fase
dapat dinyatakan secara grafik dalam diagram fasor. Fasor adalah suatu
vektor yang berputar berlawanan arah putaran jarum jam terhadap titik
asal dengan kecepatan sudut ω. Fasor suatu besaran dilukiskan sebagai
suatu vektor yang besar sudut putarnya terhadap sumbu horizontal (sumbu
x) sama dengan sudut fasenya. Nilai maksimum besaran tersebut adalah
sama dengan panjang fasor, sedangkan nilai sesaatnya adalah proyeksi
fasor pada sumbu vertikal (sumbu y). Berikut adalah gambar diagram fasor
untuk arus dan tegangan yang sudut fasenya sama (sefase) serta gambar
fungsi waktu dari arus dan tegangan tersebut.
Sesungguhnya arus dan tegangan bolak-balik bukanlah besaran vektor,
melainkan besaran skalar. Penggambaran arus dan tegangan bolak-balik
sebagai fasor adalah untuk mempermudah analisis rangkaian arus
bolak-balik yang lebih rumit.
NILAI RATA-RATA DAN NILAI EFEKTIF
Nilai rata-rata arus bolak-balik adalah kuat arus bolak-balik yang
nilainya setara dengan kuat arus searah untuk memindahkan sejumlah
muatan listrik yang sama dalam waktu yang sama. Arus rata-rata
dinyatakan dengan:
I_r= (2I_m)/π
I_r= (2I_m)/π
Sedangkan tegangan rata-rata dinyatakan dengan:
V_r= (2V_m)/π
V_r= (2V_m)/π
Nilai efektif arus dan tegangan bolak-balik ialah arus dan tegangan
bolak-balik yang setara dengan arus dan tegangan searah untuk
menghasilkan jumlah kalor yang sama ketika melalui suatu resistor dalam
waktu yang sama. Secara matematis, hubungan antara arus dan tegangan
efektif dengan arus dan tegangan maksimum dinyatakan dengan:
I_ef= I_m/√2 atau I_m= I_ef √2
I_ef= I_m/√2 atau I_m= I_ef √2
V_ef= V_m/√2 atau v_m= V_ef √2
Contoh Soal
Jala-jala listrik di rumah mempunyai tegangan 220 volt. Sebuah alat
listrik dengan hambatan 50 ohm dipasang pada jala-jala tersebut.
Hitunglah:
Nilai efektif dan maksimum tegangan
Nilai efektif dan maksimum arus listrik yang mengalir
Penyelesaian:
Tegangan hasil pengukuran adalah nilai efektif, jadi Vef = 220 volt dan R = 50 Ω
Vef = 220 volt
Vmax = V_ef √2=220√2 volt
Nilai efektif dan maksimum tegangan
Nilai efektif dan maksimum arus listrik yang mengalir
Penyelesaian:
Tegangan hasil pengukuran adalah nilai efektif, jadi Vef = 220 volt dan R = 50 Ω
Vef = 220 volt
Vmax = V_ef √2=220√2 volt
Gunakan hukum Ohm untuk menentukan kuat arus.
I_ef=V_ef/R=220/50=4,4 A
I_m=V_m/R=(220√2)/50=22/5 √2 A
I_ef=V_ef/R=220/50=4,4 A
I_m=V_m/R=(220√2)/50=22/5 √2 A
Sebuah generator AC menghasilkan tegangan sebagai fungsi waktu sebagai berikut: V=200√2 sin〖50t volt.〗 Hitunglah:
Tegangan maksimum
Tegangan puncak ke puncak
Tegangan efektif
Frekuensi angular
Periode
Frekuensi
Tegangan pada saat 0,01π sekon
Penyelesaian:
Bandingkan persamaan umum tegangan dengan persamaan yang diketahui:
V=V_m sinωt volt
V=200√2 sin〖50t volt〗
V_m=200√2 volt
Tegangan puncak ke puncak sama dengan dua kali tegangan maksimum
Vpp = 2Vm = 2 . 200√2 volt = 400√2 volt
V_ef=V_m/√2=(200√2)/√2=200 volt
ω=50 rad/s
ω=2π/T → T=2π/ω=2π/50=π/25 s
f=1/T=1/(π⁄25)=25/π Hz
V pada t = 0,01 π sekon:
V=200√2 sin50t=200√2 sin〖50 (0,01π)〗
V=200√2 sin〖0,5π=200√2 sin〖〖90〗^o=〗 〗 200√2 volt
Tegangan maksimum
Tegangan puncak ke puncak
Tegangan efektif
Frekuensi angular
Periode
Frekuensi
Tegangan pada saat 0,01π sekon
Penyelesaian:
Bandingkan persamaan umum tegangan dengan persamaan yang diketahui:
V=V_m sinωt volt
V=200√2 sin〖50t volt〗
V_m=200√2 volt
Tegangan puncak ke puncak sama dengan dua kali tegangan maksimum
Vpp = 2Vm = 2 . 200√2 volt = 400√2 volt
V_ef=V_m/√2=(200√2)/√2=200 volt
ω=50 rad/s
ω=2π/T → T=2π/ω=2π/50=π/25 s
f=1/T=1/(π⁄25)=25/π Hz
V pada t = 0,01 π sekon:
V=200√2 sin50t=200√2 sin〖50 (0,01π)〗
V=200√2 sin〖0,5π=200√2 sin〖〖90〗^o=〗 〗 200√2 volt
Alat Ukur Tegangan dan Arus Bolak-Balik
Tegangan dan arus listrik bolak-balik diukur dengan voltmeter AC dan
amperemeter AC (seperti terlihat pada gambar 1.5). Dengan menggunakan
alat ukur voltmeter atau amperemeter AC besaran yang terukur adalah
nilai rms (root mean squere) = akar rata-rata kuadrat arus = ; =
rata-rata dari atau nilai efektif dari tegangan atau arus. Secara umum
hasil pengukuran tegangn (V) dan arus (I) dapat ditulis sebagai berikut:
I=(Penunjukan jarum)/(Skala maksimum)×Batas ukur maksimum
I=(Penunjukan jarum)/(Skala maksimum)×Batas ukur maksimum
V=(Penunjukan jarum)/(Skala maksimum)×Batas ukur maksimum
Contoh Soal
Sebuah amperemeter AC digunakan untuk mengukur kuat arus bolak-balik
sehingga jarum amperemeter menunjukkan angka seperti pada gambar di
samping. Tentukanlah:
Nilai efektif
Nilai maksimum
Nilai rata-rata arus bolak-balik
Nilai efektif
Nilai maksimum
Nilai rata-rata arus bolak-balik
Penyelesaian:
Kawat rangkaian listrik dihubungkan dengan terminal arus 0 A dan 10 A, artinya batas ukur maksimum amperemeter 10 A. Skala amperemeter adalah 0 sampai dengan 50, sehingga jika jarum amperemeter menunjukkan angka 50 maka hasil pengukuran adalah maksimum, 10 A.
Penunjukkan amperemeter adalah nilai efektif sehingga:
I_ef=40/50×10=8 A
Nilai maksimum I_m=I_ef √2=8√2 A
Nilai rata-rata I_r=(2I_m)/π=(2×8√2)/π=16/π √2 A
Kawat rangkaian listrik dihubungkan dengan terminal arus 0 A dan 10 A, artinya batas ukur maksimum amperemeter 10 A. Skala amperemeter adalah 0 sampai dengan 50, sehingga jika jarum amperemeter menunjukkan angka 50 maka hasil pengukuran adalah maksimum, 10 A.
Penunjukkan amperemeter adalah nilai efektif sehingga:
I_ef=40/50×10=8 A
Nilai maksimum I_m=I_ef √2=8√2 A
Nilai rata-rata I_r=(2I_m)/π=(2×8√2)/π=16/π √2 A
Untuk melihat bentuk tegangan atau arus sinusoidal yang dihasilkan oleh
sumber bolak-balik dapat digunakan alat ukur osiloskop (Lihat gambar
1.6). Sumbu vertikal menunjukkan nilai tegangan atau arus yang
dihasilkan oleh sumber bolak-balik dan sumbu horizontalnya menunjukkan
waktu. Dari monitor osiloskop dapat ditentukan nilai maksimum dari
tegangan atau arus listriknya dan dari sumbu horizontal dapat ditentukan
periode atau frekuensi dari sumber bolak-baliknya. Monitor dari sebuah
osiloskop terbagi-bagi menjadi baris-baris dan kolom-kolom sehingga
membentuk sebuah kotak.
Perhatikan gambar berikut!
Jika sumbu vertikal diatur pada tegangan 2 V/cm, waktu dalam arah horizontal menunjukkan 10 ms/cm dan tiap kotak memiliki ukuran 1 cm × 1 cm. Tentukanlah:
a. tegangan maksimum sumber AC;
b. frekuensi sumber AC.
Penyelesaian:
a. Dari gambar dapat dilihat tegangan dari puncak ke puncak
Jadi, tegangan maksimumnya 4 volt.Jika sumbu vertikal diatur pada tegangan 2 V/cm, waktu dalam arah horizontal menunjukkan 10 ms/cm dan tiap kotak memiliki ukuran 1 cm × 1 cm. Tentukanlah:
a. tegangan maksimum sumber AC;
b. frekuensi sumber AC.
Penyelesaian:
a. Dari gambar dapat dilihat tegangan dari puncak ke puncak
b. Periode dari gelombang sinusoidal yang dihasilkan adalah:
Frekuensi getarnya
Jadi besar frekuens sumber AC tersebut adalah 25 Hz.
RESISTOR, INDUKTOR DAN KAPASITOR DALAM RANGKAIAN AC
GEJALA PERALIHAN PADA INDUKTOR
Tinjau rangkaian RL–seri yang dihubungkan dengan baterei ε melalui
sakelar S, seperti dalam Gambar 2 (a). Gambar 2 (b) menggambarkan
beberapa contoh induktor dalam berbagai bentuk dan ukuran yang tersedia
di pasaran. Induktor berperilaku mirip massa yang selalu menghambat
gerakan, maka induktor juga selalu melawan perubahan tegangan. Pada saat
sakelar disambungkan maka dalam rangkaian terjadi perubahan tegangan,
di sinilah perlawanan induktor akan teramati. Perilakunya berbeda dengan
resistor. Hubungkan sakelar S ke a, berarti rangkaian RL–seri
tersambung dengan baterei ε, sehingga arus mengalir dalam rangkaian dan
memenuhi hukum kedua Kirchhoff:
ε= V_L+ V_R=L di/dt+iR
L di/dt= ε-iR
ε= V_L+ V_R=L di/dt+iR
L di/dt= ε-iR
Sesuaikan ruas kiri hingga mendapatkan bentuk integral dx/x. Kemudian
lakukan integral dengan batas waktu saat t = 0 adalah saat sakelar
ditutup dan nilai arus i(0) = 0. Sedangkan saat t detik dari saat
sakelar ditutup nilai arus listrik pada rangkaian adalah i(t).
ln〖((ε-iR)/ε)= -R/L t〗
Ambil nilai eksponesial dipangkatkan dengan nilai masing masing ruas persamaan tersebut yaitu:
e^(ln((ε-iR)/ε) )= ((ε-iR)/ε)=1-iR/ε=e^(-Rt/L)
i(t)= ε/R (1-e^(-Rt/L) )
ln〖((ε-iR)/ε)= -R/L t〗
Ambil nilai eksponesial dipangkatkan dengan nilai masing masing ruas persamaan tersebut yaitu:
e^(ln((ε-iR)/ε) )= ((ε-iR)/ε)=1-iR/ε=e^(-Rt/L)
i(t)= ε/R (1-e^(-Rt/L) )
Jika persamaan diatas digambarkan dalam bentuk grafik arus terhadap
waktu, diperoleh Gambar 3. Persamaan 1 menggambarkan arus pada rangkaian
RL–seri sebagai fungsi waktu yaitu merupakan proses penyimpanan energi
baterei ε menjadi energi magnetik dalam induktor, dari persamaan
tersebut terlihat bahwa nilai maksimum arus dalam rangkaian i(t) = ε/R
dicapai pada t = ∞.
Nilai arus i(t) memerlukan waktu τ = L/R bertepatan dengan nilai arus
[1– (1/e)] dari nilai arus saat dimulainya proses (t = 0). Sedangkan
nilai maksimum arus pada rangkaian yaitu I = ε/R, dapat tercapai dalam
waktu t » τ, seperti pada Gambar 3. Jika sakelar S pada gambar 2
dipindah ke titik b, berarti baterei dilepas dari rangkaian RL–seri,
persamaan hukum kedua Kirchhoff menjadi:
V_L+V_R=0
L di/dt+iR=0
di/t=-R/L dt
V_L+V_R=0
L di/dt+iR=0
di/t=-R/L dt
Integralkan persamaan tersebut dengan batas awal t = 0 sesuai dengan
i(0) = ε/R sampai dengan saat t detik dengan arus pada induktor i(t),
diperoleh :
ln[(i(t))/(ε⁄R)]=-R/L t
Ambil nilai eksponesial dipangkatkan dengan nilai masing masing ruas persamaan:
e^ln[(i(t))/(ε⁄R)] =(i(t))/[ε⁄R] =e^(-R/L t)
i(t)=ε/R e^(-Rt/L)
ln[(i(t))/(ε⁄R)]=-R/L t
Ambil nilai eksponesial dipangkatkan dengan nilai masing masing ruas persamaan:
e^ln[(i(t))/(ε⁄R)] =(i(t))/[ε⁄R] =e^(-R/L t)
i(t)=ε/R e^(-Rt/L)
Persamaan 4 menggambarkan arus pada induktor berubah terhadap waktu bila
baterei dilepas dari rangkaian RL dari kondisi arus awal pada induktor
adalah arus maksimum i(0) = ε/R. Nilai arus pada induktor akan terus
menurun secara ekponensial, dari persamaan tersebut terlihat bahwa i(t) =
0 dicapai pada t = ∞.
GEJALA TRANSIEN PADA KAPASITOR
Biasanya pengertian kapasitor adalah dua bahan logam yang berbentuk
identik yang kedua luas permukaannya dapat berhadapan secara simetris
mengikuti arah medan listrik, sehingga memiliki kemampuan untuk
menyimpan muatan listrik. Namun kenyataanya konduktor tunggalpun
memiliki kapasitansi yang merupakan ukuran daya tampung muatan. Artinya
konduktor tunggal pun mampu menampung muatan listrik. Contoh benda
berbentuk bola dapat diberi muatan karena bentuk simetri lainnya
dianggap berada di tak hingga. Kapasitor yang tersedia di pasar dapat
ditunjukkan dalam berbagai jenis dan ukuran seperti gambar di atas.
Simbol untuk kapasitor digambarkan seperti gambar berikut.
Kapasitansi didefinisikan sebagai:
C=Q/∆V
C=Q/∆V
Artinya, daya tampung muatan pada suatu kapasitor bergantung pada beda
potensial diantara kedua keping yang berhadapan secara simetris. Nilai
beda potensial ini bergantung pada bentuk fisik dan ukuran serta jarak
antara kedua keping. Hampir semua komponen dalam rangkaian listrik
memiliki kapasitansi, misal kabel, kawat maupun resistor. Satuan SI
untuk menyatakan kapasitansi adalah F (farad), namun karena satuan ini
terlalu besar untuk keperluan sehari hari digunakan mikrofarad (ditulis
μF = 10–6F), nanofarad (ditulis nF = 10–9F) dan pikofarad (ditulis pF =
10–12F).
Gambar 1.10 menunjukkan hubungan antara bentuk fisik dan arah medan listrik pada kapasitor berbentuk keping.
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK
Pada dasarnya, komponen-komponen rangkaian listrik menunjukkan
karakteristik yang berbeda ketika dihubungkan dengan sumber tegangan
searah dan ketika dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik. Karena
itu, karakteristik rangkaian arus searah berbeda dengan karakteristik
rangkaian arus bolak-balik dan salah satu perbedaan tersebut berkaitan
dengan fase antara tegangan dan arus.
Pada umumnya, semua rangkaian listrik mempunyai hambatan, kapasitas, dan induktansi meskipun pada rangkaian tersebut tidak terdapat resistor, kapasitor, dan induktor. Akan tetapi nilai hambatan, kapasitas, dan induktansi tersebut tergantung pada jenis komponen yang terdapat dalam rangkaian, dan mungkin pada keadaan tertentu nilai hambatan, kapasitas, dan induktansi tersebut dapat diabaikan, sedangkan pada keadaan lain mungkin tidak dapat diabaikan. Secara teoritis dapat dianggap bahwa rangkaian listrik terdiri dari rangkaian resistif, rangkaian induktif, dan rangkaian kapasitif
RANGKAIAN RESISTIFPada umumnya, semua rangkaian listrik mempunyai hambatan, kapasitas, dan induktansi meskipun pada rangkaian tersebut tidak terdapat resistor, kapasitor, dan induktor. Akan tetapi nilai hambatan, kapasitas, dan induktansi tersebut tergantung pada jenis komponen yang terdapat dalam rangkaian, dan mungkin pada keadaan tertentu nilai hambatan, kapasitas, dan induktansi tersebut dapat diabaikan, sedangkan pada keadaan lain mungkin tidak dapat diabaikan. Secara teoritis dapat dianggap bahwa rangkaian listrik terdiri dari rangkaian resistif, rangkaian induktif, dan rangkaian kapasitif
Rangkaian resistif merupakan rangkaian yang hanya terdiri dari sumber tegangan (V) dengan resistor yang mempunyai hambatan R dan nilai kapasitas (C) maupun induktansi (L) rangkaian tersebut diabaikan. Perhatikan sebuah rangkaian arus bolak-balik yang terdiri dari sebuah resistor dan generator AC seperti gambar berikut ini:
Tegangan pada resistor VR sama dengan tegangan generator sehingga untuk rangkaian resistif dapat ditulis:
V_R=V_m sinωt
I_R=V_m/R sinωt= I_m sinωt
Dengan demikian akan berlaku juga hubungan sebagai berikut:
I_m=V_m/R
I_ef=V_ef/R
Karena rangkaian resistif dianggap tidak mempunyai induktansi dan
kapasitas, maka rangkaian resistif tidak dipengaruhi oleh perubahan
medan magnet di sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut, maka pada
rangkaian resistif, arus dan tegangan bolak-balik mempunyai fase yang
sama atau beda fasenya nol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar